Peninggalan Kerajaan Demak Pintu Bledeg, Sejarah dan Kisahnya - Sudah
kita ketahui bersama bahwasannya Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama
di Jawa yang memiliki wilayah cukup luas. Kerajaan Demak bisa dikatakan adalah
kerajaan besar di Jawa sepeninggal Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Singasari.
Dengan besarnya kerajaan ini, maka tentu saja memiliki peninggalan-peninggalan
yang bisa dilihat sampai saat ini. Peninggalan kerajaan Demak salah satunya
adalah pintu bledeg yang pada jaman dahulu merupakan pintu utama dari masjid
Demak. Pintu bledeg ini cukup unik, jika dilihat dari namanya saja tentu kita
sudah mengerti. Bledeg dalam bahasa Indonesia adalah petir, maka pintu bledeg
ini adalah pintu petir.
Peninggalan Kerajaan Demak Pintu Bledeg |
Ada sejarah dan cerita unik dibalik peninggalan kerajaan Demak yang
sering disebut dengan pintu bledeg ini. Pintu bledeg berada di masjid Demak,
namun untuk aat ini pintu tersebut sudah tidak difungsikan lagi. Pintu bledeg
disimpan di tempat penyimpanan di Masjid Agung Demak. Banyak cerita masyarakat
yang beredar terkait pintu bledeg yang melegenda dan selalu menjadi bumbu dalam sejarah Kerajaan Demak ini. Seperti apa kisah sejarah
pintu bledeg yang unik ini, perhatikan sejarah pintu bledeg di bawah ini.
Kisah dan Sejarah Pintu Bledeg
Kisah pintu bledeg ini cukup melegenda dan melekat di masyarakat
sekitar. Menurut kisah dan cerita masyarakat sekitar, alkisah disebutkan bahwa
Ki Ageng Selo pada saat itu pergi bekerja di tengah sawah yang terbentang luas.
Lalu tiba-tiba hari yang cerah menjadi mendung yang gelap gulita dan kemudian
hujan turun begitu derasnya. Kemudian karena hujan begitu lebat, maka Ki Ageng
Selo pun mengehtnikan pekerjaannya sambil bergumam "sawah iki
kemendungan". Ki Ageng Selo bergumam demikian karena beberapa meter bagian
sawah dari sawah yang kehujanan tersebut tidak ada mendung apalagi hujan, maka
Ki Ageng Selo meneruskan pekerjaannya di sawah yang tidak kehujanan.
Namun kemudian setelah pindah ke sawah yang lain, ternyata mendung dan
kilat pun juga berpindah dan menghujani sawah tempat Ki Ageng Selo tersebut
bekerja. Seakan mendung, petir dan hujan mengikuti kemana Ki Ageng Selo
bekerja. Dan kemudian terjadilah pertempuran antara Ki Ageng Selo dan petir
yang terus mengancam dan seakan menyambar ke kepala Ki Ageng Selo. Ki Ageng
Selo pun melawan petir tersebut sambil tetap berdiri tegak di tengah sawah
sambil mengacungkan dan menunjukkan tangannya ke arah bledeg atau petir yang
mengamuk tersebut.
Petir itu yang mangamuk itu pun kemudian menyambar Ki Ageng Selo
dengan suara yang memekakkan telinga, Ki Ageng Selo seakan tersambar. Ada
beberapa murid Ki Ageng Selo yang menyaksikan kejadian tersebut dan menyangka
bahwa Ki Ageng Selo tidak akan selamat atau hancur berkeping-keping karena
sambaran petir tersebut. Namun mendadak murid tersebut terbelalak matanya demi
menyaksikan sesuat yang sangat mengejutkan. Tubuh Ki Ageng Selo sama sekali
tidak terluka sedikitpun dan bahkan nampak Ki Ageng Selo mengikat sesuatu yang
sangat besar dengan damen (gagang padi kering) yang diikatkan pada pohon Gandri.
Pintu Bledeg Dilukis
Peristiwa yang luar biasa tersebut kemudian cepat tersiar dan pada
akhirnya sampai juga kepada pihak Istana Demak. Ahirnya utusan dari Demak
meminta tangkapan Ki Ageng Selo tersebut di bawa ke Demak. Dan kemudian bledeg
tersebut di bawa ke Demak dan Ki Ageng Selo juga mempersilahkan para prajurit
tersebut. Sesampainya di Demak, bledeg tersebut kemudian langsung di bawa ke
Masjid Demak. Dan kemudian banyak masyarakat yang turut menyaksikan bledeg
tersebut.
Setelah beberapa waktu, kemudian diperintahkan juru lukis untuk
menggambar bledeg tersebut. Namun ternyata, menggambar bledeg bukanlah
pekerjaan yang semudah yang dibayangkan. Konon kabarnya, bledeg yang dilukis
tersebut selalu menampakkan bentuk yang berbeda-beda setiap waktu. Namun pada
akhirnya sang pelukis mampu melukis bledeg tersebut dan masih diselesaikan pada
bagian kepalanya saja. Namun sayang setelah bagian kepala selesai, datang
seorang perempuan tua yang membawa tempurung kelapa yang berisi air yang
kemudian disiramkan ke arah bledeg tersebut. Dan meledaklah bledeg tersebut
disiram perempuan tua tersebut, dan perempuan tersebut tiba2 berubah wujud
menjadi seorang berjubah putih dan hilang begitu saja.
Menurut kisah yang beredar, laki-laki berjubah putih tersebut adalah Ki
Ageng Selo sendiri. Beliau ternyata tidak tega melihat bledeg tangkapannya
tersebut dijadikan sebagai tontonan orang banyak. Meski pada awalnya bledeg
tersebut mengancam nyawanya, namun Ki Ageng Bledeg melepaskannya karena merasa
kasihan. Nah, lukisan yang masih selesai pada bagian kepala itulah yang
kemudian dijadikan sebagai pintu utama Masjid Demak saat itu.
Kisah sejarah pintu bledeg yang lain adalah bahwa pintu bledeg
tersebut hanyalah sebuah sanepan atau kiasan. Kiasan yang melambangkan nafsu
dan angkara murka yang ada pada setiap manusia. Sehingga, sebelum kita manusia
melaksanakan sholat dan mendekatkan diri pada Ilahi, harus bisa menghilangkan
sifat jahat dan angkara yang dilambangkan dengan bledeg tersebut.
Nah teman-teman, itulah sedikit informasi mengenai sejarah pintu
bledeg yang juga termasuk peninggalan Kerajaan Demak yang sangat bermakna dan sekaligus sebagai sumber sejarah Kerajaan Demak.
Pintu bledeg memiliki nilai filosofi yang sangat tinggi dan jika didalami akan
sangat bermakna bagi kehidupan kita. Semoga saja sedikit ulasan mengenai sejarah
Pintu Bledeg di atas bisa menambah keimanan dan bisa mendekatkan diri kita
kepada Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar